Hadir di FLEI 2025, 8 Brand Kuliner Korea Tantang Pasar Muslim Lokal

Hadir di FLEI 2025, 8 Brand Kuliner Korea Tantang Pasar Muslim Lokal

lintasperistiwanusantara.com – Pameran waralaba terbesar di Indonesia, Franchise & License Expo Indonesia (FLEI) 2025, resmi digelar di Jakarta Convention Center dengan kejutan besar dari sektor kuliner. Tahun ini, delapan brand kuliner asal Korea Selatan tampil all-out membawa konsep bisnis makanan halal, khusus untuk menantang pasar muslim Indonesia yang dikenal besar dan loyal terhadap brand yang menyesuaikan nilai syariah.

Kehadiran brand-brand Korea ini bukan tanpa alasan. Pasar kuliner Indonesia saat ini bernilai lebih dari Rp800 triliun per tahun, dengan 87% populasi beragama Islam. Artinya, potensi bisnis halal food di Tanah Air bukan hanya besar, tapi juga berkelanjutan. Para pemain dari Negeri Ginseng pun melihat Indonesia sebagai pasar strategis untuk ekspansi Asia Tenggara.

Beberapa nama besar seperti Chir Chir Fusion Chicken Factory, Kimbab Family Kitchen, Jaws Tteokbokki, Kyochon Lite, hingga pendatang baru seperti Myeongdong Street Bites dan Seoul Toast & Egg memamerkan konsep kuliner yang disesuaikan dengan cita rasa lokal dan sertifikasi halal dari otoritas resmi.

Adaptasi Kuliner Korea untuk Pasar Muslim Indonesia

Menariknya, kehadiran mereka di FLEI 2025 tidak sekadar promosi, tapi bentuk komitmen serius untuk masuk ke pasar halal. Hampir semua booth menampilkan logo halal, menegaskan bahwa mereka memahami pentingnya kepercayaan konsumen muslim.

Contohnya, Jaws Tteokbokki yang terkenal dengan saus pedas khas Korea kini menghadirkan varian saus gochujang halal dengan bahan lokal. Sedangkan Chir Chir mengubah formula ayam goreng mereka agar tidak menggunakan mirin (bahan fermentasi beralkohol). Proses sertifikasi halal juga dilakukan bekerja sama dengan LPPOM MUI dan lembaga halal Korea.

Konsumen Indonesia yang datang ke pameran terlihat antusias mencoba produk-produk ini. Beberapa pengunjung menyebut rasa makanan tetap autentik meski sudah disesuaikan. “Enaknya tetap kerasa Korea, tapi aman buat kami yang muslim,” ujar salah satu pengunjung yang datang dari Bekasi.

Langkah adaptasi ini menjadi strategi penting bagi brand Korea untuk membangun kepercayaan sekaligus diferensiasi dari kompetitor lokal. Sebab, pasar Indonesia sudah jenuh dengan konsep “Korean Food” yang hanya menonjolkan estetika tanpa menyesuaikan bahan baku dengan kebutuhan halal.

Strategi Franchise dan Target Ekspansi di Indonesia

Delapan brand kuliner Korea yang hadir di FLEI 2025 tidak hanya menjual produk, tapi juga menawarkan paket kemitraan bisnis. Beberapa di antaranya membuka peluang franchise dengan investasi mulai dari Rp600 juta hingga Rp1,5 miliar. Target utama mereka bukan hanya Jakarta, tapi juga kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Menurut perwakilan Korea Agro-Trade Center (aT Center Jakarta), dukungan pemerintah Korea terhadap ekspansi ini sangat besar. aT Center memfasilitasi proses perizinan dan sertifikasi halal, sekaligus membantu adaptasi rantai pasok agar bahan baku lokal bisa digunakan.

“Indonesia adalah pasar yang potensial karena populasi besar dan konsumsi makanan luar negeri yang terus naik. Tapi untuk bisa diterima, semua brand harus paham bahwa halal itu bukan tren, melainkan kebutuhan,” jelas Kim Dae-ho, Direktur aT Center Jakarta.

FLEI sendiri menjadi ajang yang tepat untuk memperkenalkan bisnis baru karena menghadirkan lebih dari 300 peserta dari 15 negara. Tren investasi di sektor kuliner terus meningkat, terutama pasca-pandemi, ketika masyarakat kembali gemar makan di luar dan mencari pengalaman baru dalam bersantap.

Daya Tarik Kuliner Korea dan Tantangan Pasar Lokal

Budaya K-pop dan K-drama punya pengaruh besar terhadap popularitas makanan Korea di Indonesia. Namun, mengubah minat itu menjadi loyalitas konsumen tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah persaingan dengan brand lokal yang sudah mapan dan menguasai segmen middle-class urban.

Brand seperti Seoul Toast & Egg misalnya, menyadari pentingnya positioning harga. Mereka menargetkan harga menu di bawah Rp40.000 agar bisa bersaing dengan franchise lokal seperti Roti’O atau Kopi Kenangan. Sedangkan Myeongdong Street Bites fokus pada konsep street food autentik yang bisa dinikmati di booth kecil dengan sistem take-away.

Selain faktor harga, persepsi halal juga menjadi tantangan utama. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih skeptis terhadap makanan Korea karena banyak resep aslinya menggunakan bahan non-halal. Oleh karena itu, sertifikasi halal dan kampanye edukatif menjadi senjata utama para brand ini.

Dukungan Pemerintah dan Sinergi Bisnis Halal

Pemerintah Indonesia sendiri mendorong kehadiran brand asing yang siap mengikuti regulasi halal nasional. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bahkan membuka booth di FLEI 2025 untuk menjelaskan proses sertifikasi halal bagi investor asing.

Kerja sama antarnegara di bidang ekonomi halal terus ditingkatkan, termasuk dengan Korea Selatan. Tahun 2024 lalu, kedua negara menandatangani nota kesepahaman terkait Korea-Indonesia Halal Partnership Program, yang bertujuan mempercepat standardisasi produk makanan Korea agar sesuai dengan pasar muslim Indonesia.

Menurut Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, langkah ini bukan hanya memperkuat perdagangan, tapi juga meningkatkan potensi pariwisata halal. “Korea sudah melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tapi mitra jangka panjang dalam ekosistem halal global,” ujarnya.

Dampak terhadap Tren Kuliner Nasional

Kehadiran brand Korea halal ini berpotensi mengguncang lanskap industri kuliner Tanah Air. Pengamat bisnis F&B, Diah Wulandari, menilai fenomena ini akan memaksa brand lokal untuk naik kelas. “Kita akan melihat lebih banyak inovasi dalam kemasan, konsep, dan strategi pemasaran karena persaingan semakin ketat,” katanya.

Selain itu, kolaborasi antara pengusaha lokal dan brand Korea juga mulai terbentuk. Beberapa franchise bahkan menggandeng investor Indonesia sebagai mitra operasional. Model kemitraan ini dianggap efektif untuk mempercepat ekspansi sekaligus menyesuaikan operasional dengan kondisi pasar setempat.

Korea dan Indonesia dalam Satu Meja Kuliner

Kehadiran 8 brand kuliner Korea di FLEI 2025 menunjukkan bahwa adaptasi terhadap pasar halal bukan sekadar strategi pemasaran, tapi kebutuhan mutlak untuk bertahan di Indonesia. Mereka datang dengan visi jangka panjang, menggabungkan cita rasa otentik Korea dengan standar halal dan selera lokal.

Masa Depan Kuliner Korea di Indonesia

Tantangan masih panjang, tapi langkah yang diambil ini menjadi sinyal kuat bahwa pasar halal Indonesia kini dipandang sebagai pusat pertumbuhan bisnis kuliner Asia. Jika para brand Korea konsisten menjaga kualitas dan kehalalan produknya, bukan mustahil mereka akan menjadi pemain besar di kancah kuliner lokal.