Ada Najelaa Shihab di Grup WhatsApp ‘Mas Menteri Core Team’ Nadiem, Ini Faktanya
lintasperistiwanusantara.com – Publik kembali dihebohkan dengan kemunculan nama Najelaa Shihab dalam percakapan grup WhatsApp yang disebut sebagai “Mas Menteri Core Team” — grup internal yang dikaitkan dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim.
Isu ini mencuat di media sosial setelah tangkapan layar percakapan grup itu beredar dan ramai diperbincangkan warganet. Dalam daftar anggota grup yang tersebar, tampak nama Najelaa Shihab — kakak dari presenter Najwa Shihab — yang langsung memicu spekulasi tentang keterlibatannya dalam tim internal Kemendikbudristek.
Unggahan tersebut sontak menjadi trending di Google Trends Indonesia dan media sosial X (Twitter). Banyak yang bertanya-tanya, apakah benar Najelaa merupakan bagian dari tim inti Nadiem? Dan jika iya, dalam kapasitas apa ia terlibat?

Siapa Najelaa Shihab dan Apa Hubungannya dengan Dunia Pendidikan?
Sebelum membahas lebih jauh soal grup WhatsApp “Mas Menteri Core Team”, perlu dipahami dulu siapa sebenarnya Najelaa Shihab.
Najelaa dikenal luas sebagai pendidik, psikolog anak, dan aktivis pendidikan yang sudah lama terjun di dunia pendidikan alternatif. Ia merupakan pendiri Sekolah Cikal dan inisiator Gerakan Semua Murid Semua Guru (SMSG) — platform kolaboratif bagi para guru di seluruh Indonesia.
Selain itu, Najelaa juga sering dilibatkan dalam berbagai proyek kebijakan publik yang berfokus pada inovasi pendidikan. Kiprahnya bahkan sudah dimulai jauh sebelum Nadiem menjabat sebagai Menteri Pendidikan.
Dengan latar belakang dan reputasi tersebut, wajar jika muncul anggapan bahwa keberadaannya di lingkaran diskusi Nadiem bukan hal yang aneh. Namun, apakah benar Najelaa terlibat dalam struktur formal di Kemendikbudristek?
Isi Grup WhatsApp “Mas Menteri Core Team” yang Bikin Heboh
Berdasarkan tangkapan layar yang beredar, grup WhatsApp “Mas Menteri Core Team” berisi sejumlah nama yang diduga merupakan orang-orang dekat Nadiem Makarim. Dalam daftar itu, muncul beberapa nama tokoh pendidikan, staf khusus, dan akademisi yang dikenal publik.
Salah satunya adalah Najelaa Shihab, yang langsung menjadi pusat perhatian.
Pesan-pesan dalam tangkapan layar memperlihatkan percakapan yang membahas strategi komunikasi kebijakan pendidikan dan rencana kampanye publik terkait program Merdeka Belajar. Namun, perlu digarisbawahi: belum ada verifikasi resmi mengenai keaslian tangkapan layar tersebut.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait keberadaan grup WhatsApp tersebut. Namun sejumlah pihak di lingkungan Kemendikbud menegaskan bahwa grup komunikasi informal semacam itu memang kerap digunakan untuk koordinasi internal, dan tidak selalu berarti bersifat resmi atau struktural.
Dugaan Keterlibatan Najelaa Shihab dalam Tim Nadiem
Isu keterlibatan Najelaa Shihab dalam lingkaran kerja Nadiem Makarim bukan hal baru. Sejak awal masa jabatan Nadiem, Najelaa beberapa kali muncul di forum-forum pendidikan yang juga dihadiri oleh pejabat Kemendikbudristek.
Ia dikenal mendukung pendekatan “pembelajaran merdeka” yang selaras dengan visi Nadiem.
Dalam beberapa wawancara sebelumnya, Najelaa juga mengaku pernah berdiskusi langsung dengan Nadiem soal reformasi sistem pendidikan dan peran guru di era digital. Namun, ia menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki jabatan struktural di kementerian.
“Saya dan teman-teman di SMSG lebih ke arah mitra independen. Kami memberikan masukan, bukan bagian dari sistem pemerintahan,” ujar Najelaa dalam wawancara dengan media beberapa waktu lalu.
Dengan pernyataan itu, tampak bahwa jika pun Najelaa memang ada dalam grup “Mas Menteri Core Team”, besar kemungkinan perannya lebih bersifat konsultatif atau non-formal.
Reaksi Publik di Media Sosial
Respons publik terhadap isu ini terbelah. Sebagian menilai wajar jika Nadiem mengundang orang-orang berpengalaman seperti Najelaa untuk berdiskusi soal kebijakan pendidikan.
Namun sebagian lain mempertanyakan transparansi dan profesionalitas jika memang ada keterlibatan pihak eksternal dalam grup internal kementerian.
Tagar #NajelaaShihab dan #MasMenteri pun ramai digunakan di X. Banyak pengguna media sosial yang mencoba menganalisis isi percakapan dalam tangkapan layar, sementara yang lain menilai isu ini terlalu dibesar-besarkan.
“Kalau sekadar diskusi kebijakan pendidikan dengan aktivis, itu hal biasa. Yang penting tidak ada konflik kepentingan,” tulis akun @pendidikmuda.
“Najelaa memang aktif di dunia pendidikan, jadi nggak aneh kalau dia diajak berdiskusi,” tambah akun @edukatornasional.
Namun, tak sedikit juga yang menyoroti bagaimana isu ini bisa bocor ke publik. Beberapa pihak menduga bahwa tangkapan layar tersebut sengaja disebarkan untuk menggiring opini menjelang masa transisi kabinet baru.
Pandangan Pengamat: Tak Selalu Negatif, Tapi Perlu Transparansi
Beberapa pengamat politik dan kebijakan publik menilai keberadaan tokoh seperti Najelaa Shihab dalam lingkaran diskusi Nadiem bukan sesuatu yang aneh, asal dilakukan secara terbuka.
Menurut Dr. Indra Setiawan, pakar kebijakan publik dari UI, kolaborasi antara pejabat dan praktisi independen bisa memperkuat kebijakan jika tujuannya jelas.
“Problemnya bukan pada siapa yang diundang ke grup, tapi pada sejauh mana mereka punya pengaruh terhadap keputusan publik. Kalau tidak transparan, publik bisa salah tafsir,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh analis pendidikan, Anita Sari. Ia menilai bahwa kolaborasi seperti itu seharusnya dianggap positif, karena memperkaya perspektif pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Namun, ia mengingatkan agar tidak ada tumpang tindih antara peran pribadi dan posisi publik.
Respons Najelaa Shihab dan Tim Nadiem
Hingga artikel ini ditulis, Najelaa Shihab belum memberikan tanggapan resmi terkait isu tersebut. Namun dari beberapa sumber dekatnya, disebutkan bahwa Najelaa tidak merasa keberatan dengan munculnya namanya dalam isu ini, karena memang selama ini ia dikenal aktif berdiskusi dengan berbagai pihak di dunia pendidikan.
Sementara itu, salah satu pejabat Kemendikbud yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa grup WhatsApp “Mas Menteri Core Team” lebih ke arah koordinasi informal antarstaf dan mitra yang pernah berkolaborasi dalam program pendidikan.
“Bukan tim struktural, dan tidak ada urusan langsung dengan kebijakan resmi. Hanya diskusi ide dan strategi komunikasi,” ujarnya.
Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa isu keterlibatan Najelaa tidak sepenuhnya benar dalam konteks formal pemerintahan.
Publik Harus Membedakan Grup Diskusi dan Struktur Resmi
Dalam konteks pemerintahan modern, penggunaan grup WhatsApp sebagai sarana komunikasi informal bukan hal baru. Banyak lembaga negara hingga level menteri yang menggunakan media digital untuk mempercepat koordinasi.
Namun, penting bagi publik untuk membedakan antara grup diskusi dan struktur resmi pemerintahan.
Jika grup “Mas Menteri Core Team” memang benar ada, maka hal itu tidak otomatis berarti semua anggotanya memiliki posisi formal. Bisa jadi mereka hanya berperan sebagai kontributor ide atau mitra diskusi — seperti halnya Najelaa yang selama ini aktif di sektor pendidikan nonpemerintah.
Dengan demikian, isu ini tidak perlu dibesar-besarkan tanpa bukti valid. Yang paling penting adalah transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses kebijakan publik.
Kolaborasi Bukan Masalah, Asal Terbuka
Kasus kemunculan nama Najelaa Shihab di grup WhatsApp “Mas Menteri Core Team” menunjukkan bagaimana era digital membuat batas antara pejabat publik dan mitra independen semakin tipis.
Kolaborasi lintas sektor seharusnya menjadi kekuatan, bukan sumber kecurigaan — asalkan dilakukan dengan etika dan transparansi.
Najelaa sendiri adalah sosok yang punya rekam jejak panjang di dunia pendidikan, dan bukan hal baru jika namanya muncul dalam lingkaran diskusi kebijakan.
Daripada memperdebatkan siapa yang ada di grup, publik sebaiknya menuntut hasil nyata dari kebijakan pendidikan yang berdampak langsung bagi siswa dan guru di Indonesia.